(20 Januari 1904-1987) Seorang filsuf dan pendidik terkemuka yang mendukung filsafat pendidikan reconstructionism sosial.
Tentang Theodore Brameld :
o Theodore Burghard Hurt Brameld lahir di Neillsville , Wisconsin pada tahun 1904.
o lulus dari Neillsville High School di 1922, ia pergi ke Ripon College di mana ia menerima gelar AB dalam bahasa Inggris pada tahun 1926.
o Brameld lulus pada tahun 1931 ketika ia menyelesaikan disertasinya, Pendekatan filosofis untuk Komunisme, yang akhirnya diterbitkan pada tahun 1933 dan menetapkan standar untuk sisa Kehidupan karyanya.
o Setelah menyelesaikan gelar doktor pada tahun 1931, ia menghabiskan banyak waktu mengajar di berbagai tempat pendidikan tinggi :
o Long Island University (1931-1935)
o Adelphi College (1935-1939) di New York .
o Universitas Minnesota (1939-1947),
o New York University (1947-1958), dan
o Boston University (1958-1969).
Selama bertahun-tahun mengajar, ia terus ide-ide penelitian Rekonstruksionisme nya dengan menerapkan mereka ke dalam pengaturan sekolah di Floodwood High School di Minnesota. Dalam proyek ini, ia bekerja dengan administrator untuk mengembangkan program pendidikan bagi junior dan senior yang melibatkan belajar dengan berpikir kritis. Dia mencoba meyakinkan para siswa dan guru bahwa isu-isu kontroversial dan masalah harus memainkan peran besar dalam pendidikan. Tidak masalah dianggap off-batas bagi siswa untuk membahas dan menganalisis. Dia benar-benar baik-baik saja dengan argumennya berpose baik di dalam maupun di luar kelas. Selama karirnya yang panjang sebagai seorang filsuf dan pendidik, Brameld diadakan ceramah di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Ia menjadi penulis lebih dari selusin buku yang berkaitan dengan filosofi reconstructionism:
o Minority Problems in Public Schools (1945)
o Ends and Means in Education: A Midcentury Appraisal (1950)
o Patterns of Educational Philosophy: A Democratic Interpretation (1950)
o Philosophies of Education in Cultural Perspective (1955)
o Toward a Reconstructed Philosophy of Education (1956)
o Cultural Foundations of Education: An Interdisciplinary Exploration (1957)
o The Remaking of a Culture: Life and Education in Puerto Rico (1959)
o Education as Power (1965)
o The Use of Explosive Ideas in Education: Culture, Class, and Evolution (1965)
o Japan: Culture, Education, and Change in Two Communities (1968)
o The Climactic Decades (1970)
o The Teacher As World Citizen: A Scenario of the 21st Century (1976)
o Tourism as Cultural Learning (1977)
o Menjelang akhir kehidupan, ia menjadi profesor emeritus di Boston University, namun terus mengajar di Springfield College di Massachusetts dan di University of Hawaii di mana ia terus menyebarkan berita tentang teori reconstructionism. Seperti yang pernah dilakukan untuk kehidupan profesional paling, ia terus menulis surat kepada editor surat kabar bekerja di artikel untuk jurnal sampai kematiannya pada bulan Oktober 1987 di Durham, North Carolina. He was eighty-three.
ALiran Rekonstruktivisme
Dia bukan orang pertama yang datang dengan ide ini, tapi dia adalah salah satu pertama yang mendukung untuk public. Sebagai tanggapan terhadap krisis yang ada periode waktu, ia percaya reconstructionism di sekolah adalah solusi untuk masalah tersebut. Dalam bukunya, , Education as Power ia jelas menguraikan dua peran utama reconstructionism.
"Pendidikan memiliki dua peran utama: untuk mengirimkan budaya dan memodifikasi budaya. Ketika Amerika budaya dalam keadaan krisis, yang kedua ini-peran yang memodifikasi dan inovasi-menjadi lebih penting. Reconstructionism, Brameld menegaskan, adalah filsafat krisis; rekonstruksionis adalah "sangat jelas sebagai mana manusia harus mengambil jalan, tapi dia [atau dia] sama sekali tidak jelas mana jalan itu akan mengambil" (Brameld, Theodore, hal 75).
farenta's pillow
Bak kupu-kupu yang berupaya menggeliat kluar dari cangkang kepompongnya.
Entri Populer
-
(20 Januari 1904-1987) Seorang filsuf dan pendidik terkemuka yang mendukung filsafat pendidikan reconstructionism sosial. Tentang Theodo...
-
26 ApriL 2010 Berselimut akan senandung indah penuh kepolosan, kelucuan, keriangan, kenakalan, Inilah cerita kita, Seluruh pemeran dala...
-
11 March 2009 15:00 Penad, dan terlalu lelah hingga tubuhku lemas Terdorong keinginan yang kuad, Pen...
Sabtu, 09 Oktober 2010
Kamis, 07 Oktober 2010
Kita dan Kenangan Hebat
26 ApriL 2010
Berselimut akan senandung indah penuh kepolosan, kelucuan, keriangan, kenakalan,
Inilah cerita kita,
Seluruh pemeran dalam kisah hidup putih abu-abu
Terulas dengan polah apik dan tingkah masa berjuang
Saat tawa, tangis, rusuh, panik, kecewa lepas begitu saja
Ada perbedaan ketetapan berfikir,
ketidakterbukaan yang menimbulkan suatu perpecahan,
atau mungkin perbedaan kasta antara layak dan tak layak,
Di balik semua itu,,
kita dihadapkan pada kenyataan yang selaras
Kejenuhan mata memandang bangku kayu yang telah lapuk dimakan usia,
papan tulis putih yang selalu nampak bernoda.
Kebosanan mendengar lantunan nada si penabur ilmu yang tak berintonasi,
menggelegar tak kuasa membuat kita berurat tegang.
Kepenatan otak akan beribu-ribu kertas bertinta,
hingga harus menikmati huruf-angka berjajar, gambar tak berupa.
Terkesan terpaksa dan terkadang tak ingin menelan coretan itu lebih banyak.
Tapi siapa sangka??
dalam keengganan ketidaksemangatan kelelahan,, t’lah memancarkan sisi lainnya.
Bermacam rasa bergejolak di hati kita,
Rasa ini positif!!
Jika kita benar-benar menggunakan hati untuk merasa dan otak untuk berfikir
Rasa kasih, sayang, berbagi, saling membantu,, tercipta jelas tanpa reka
Sealur dengan pendewasaan yang amat ketara
Semua melekat erat menyatu sebagai jati diri kita,
’orang-orang muda yang punya cita’
Semuanya sudah dimulai sejak 3 tahun yang lalu,,
Dan kini,
Waktunya semua kembali pada keadaan sebelum kita hadir di sini,
Ruang kelas berubah sunyi hanya terdengar lirih suara serangga pengerat
Bangku kayu teronggok dengan endapan debu tebal di permukaannya
Papan tulis kembali bersih mengkilat tak tersentuh sedikit coretan pun
Lantai keramik tempat kita memijakkan langkah, kini licin tak tergores
Langit-langit kelas dimana kita menggantungkan asa kini ramai di penuhi sarang si pembuat jaring
Kita 3 tahun lalu bertemu disini,
Selama itu pula kita memahami arti pertemuan, perkenalan dan persahabatan
Di sini kita belajar segala-galanya
Hingga kita mampu berucap lantang
”Kita semua satu. Satu karena perbedaan. Dan selamanya akan begini. Karena kita pernah satu atap, KAWAN.”
Tak dipungkiri,
Suatu saat kita pasti mendambakan kisah ini kembali,
Dan meminta Sang Pemilik mesin waktu untuk memutar ulang
Itu khayal dan tak mungkin terjadi
Jangan bodohi diri kita dengan keadaan yang lama, permanen, dan berjalan lambat
Kita punya sesuatu yang membuat kita maju,,
Kita punya ingatan yang luar biasa besar,
Cukup yakini bahwa nuansa putih abu akan tersimpan rapi
Dan alunnya akan selalu mengiringi perjalanan kita menjadi sosok yang sejati
’Seorang nahkoda’ bagi kehidupan kelak yang sarat akan terpaan gelombang
Kita perlu membuktikan sebagai kita yang berhasil,
Semoga kita akan jadi sehebat kenangan kita.
Amin.
Berselimut akan senandung indah penuh kepolosan, kelucuan, keriangan, kenakalan,
Inilah cerita kita,
Seluruh pemeran dalam kisah hidup putih abu-abu
Terulas dengan polah apik dan tingkah masa berjuang
Saat tawa, tangis, rusuh, panik, kecewa lepas begitu saja
Ada perbedaan ketetapan berfikir,
ketidakterbukaan yang menimbulkan suatu perpecahan,
atau mungkin perbedaan kasta antara layak dan tak layak,
Di balik semua itu,,
kita dihadapkan pada kenyataan yang selaras
Kejenuhan mata memandang bangku kayu yang telah lapuk dimakan usia,
papan tulis putih yang selalu nampak bernoda.
Kebosanan mendengar lantunan nada si penabur ilmu yang tak berintonasi,
menggelegar tak kuasa membuat kita berurat tegang.
Kepenatan otak akan beribu-ribu kertas bertinta,
hingga harus menikmati huruf-angka berjajar, gambar tak berupa.
Terkesan terpaksa dan terkadang tak ingin menelan coretan itu lebih banyak.
Tapi siapa sangka??
dalam keengganan ketidaksemangatan kelelahan,, t’lah memancarkan sisi lainnya.
Bermacam rasa bergejolak di hati kita,
Rasa ini positif!!
Jika kita benar-benar menggunakan hati untuk merasa dan otak untuk berfikir
Rasa kasih, sayang, berbagi, saling membantu,, tercipta jelas tanpa reka
Sealur dengan pendewasaan yang amat ketara
Semua melekat erat menyatu sebagai jati diri kita,
’orang-orang muda yang punya cita’
Semuanya sudah dimulai sejak 3 tahun yang lalu,,
Dan kini,
Waktunya semua kembali pada keadaan sebelum kita hadir di sini,
Ruang kelas berubah sunyi hanya terdengar lirih suara serangga pengerat
Bangku kayu teronggok dengan endapan debu tebal di permukaannya
Papan tulis kembali bersih mengkilat tak tersentuh sedikit coretan pun
Lantai keramik tempat kita memijakkan langkah, kini licin tak tergores
Langit-langit kelas dimana kita menggantungkan asa kini ramai di penuhi sarang si pembuat jaring
Kita 3 tahun lalu bertemu disini,
Selama itu pula kita memahami arti pertemuan, perkenalan dan persahabatan
Di sini kita belajar segala-galanya
Hingga kita mampu berucap lantang
”Kita semua satu. Satu karena perbedaan. Dan selamanya akan begini. Karena kita pernah satu atap, KAWAN.”
Tak dipungkiri,
Suatu saat kita pasti mendambakan kisah ini kembali,
Dan meminta Sang Pemilik mesin waktu untuk memutar ulang
Itu khayal dan tak mungkin terjadi
Jangan bodohi diri kita dengan keadaan yang lama, permanen, dan berjalan lambat
Kita punya sesuatu yang membuat kita maju,,
Kita punya ingatan yang luar biasa besar,
Cukup yakini bahwa nuansa putih abu akan tersimpan rapi
Dan alunnya akan selalu mengiringi perjalanan kita menjadi sosok yang sejati
’Seorang nahkoda’ bagi kehidupan kelak yang sarat akan terpaan gelombang
Kita perlu membuktikan sebagai kita yang berhasil,
Semoga kita akan jadi sehebat kenangan kita.
Amin.
merpati berbulu kusam
11 March 2009
15:00
Penad, dan terlalu lelah hingga tubuhku lemas
Terdorong keinginan yang kuad,
Pengharapan yang amat sangad
Tak seperti dirinya-dirinya yang diciptakan sama
namun di takdirkan lain
Aku tak punya sesuatu pelega jiwa
Sesuatu yang membuat mereka dianggap ada
Harus memikirkan ini sendiri
karena ini permainan hidupku
bukan tanggungan berat melainkan gejolak hidup
yang tak ku pungkiri selalu berakhir dengan keluh
Pernah ku coba hindarkan kesah
Jauhkan datangnya air yang hanya patut untukNya
Ini semakin menyakitkan
Seperti tertelan lolipop yang lama tertahan di kerongkongan,
Sangat menyiksa.
Ku ijinkan tetesan itu keluar sedikit,,
Tapi membuat tetesan semakin deras
Menggenangi bawah kelopak hingga pipiku
Tak bisa apabila ku bagi cerita ini untuk dia-dia yang berada
Bahkan aneh jika dilihat, juga dirasa
Tak layak,,,
Jika terus-menerus mengorek sesuatu yang busuk
Semakin inginkan kematian
Arti hidup untuk sekarang
Mengejar keputusan burukNya yang masih dapat berubah
Jika bisa, aku kan membaliknya.
Ikhtiar,,
Karena Dia lah sesungguhnya Maha segalanya
Langganan:
Postingan (Atom)